Informasi Cepat

  • Alamat: Lapangan Sultanahmet, Istanbul, Turki

  • Durasi yang Direkomendasikan: 1-2 jam

  • Jadwal: Buka 24 jam (masuk gratis)

  • Pengunjung per Tahun: Lebih dari 2 juta

  • Harga tiket: Gratis

  • Jumlah Masuk: Beberapa gerbang yang memiliki nilai sejarah penting termasuk Kotak Kaisar

  • Waktu Tunggu yang Diperkirakan: Tidak perlu menunggu (Standar), Tidak perlu menunggu (Lewati Antrean)

  • Tahun UNESCO: Bagian dari Kawasan Bersejarah Istanbul, ditetapkan pada tahun 1985


Tahukah Anda?

  • Hippodrome memiliki kapasitas untuk menampung 100,000 penonton

  • Di sini terdapat beberapa monumen penting, termasuk Obelisk Theodosius dan Tiang Ular.

  • Faksi politik seperti Partai Biru dan Partai Hijau mempunyai pengaruh yang signifikan di sini.

  • Tulang belakang bagian tengah, yang dikenal sebagai tulang belakang, merupakan titik fokus balap kereta perang.


Bagian depan obelisk di Hippodrome bersejarah di Istanbul

Istilah perlombaan berasal dari kata Yunani "kuda nil" (kuda) dan "dromos" (perlombaan atau lintasan), artinya "arena pacuan kuda"Istilah ini awalnya merujuk pada tempat terbuka yang luas yang dirancang untuk pacuan kuda dan kereta perang di kota-kota Yunani dan Romawi kuno.

  1. Pusat Kebudayaan
    Selain fungsi utamanya sebagai arena balap, Hippodrome juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, politik, dan budayaTempat ini menjadi tempat pertemuan umum, upacara keagamaan, dan terkadang bahkan konfrontasi politik.

  2. Simbol Kekuatan Kekaisaran
    Di Kekaisaran Bizantium, khususnya di KonstantinopelHippodrome merupakan ruang penting untuk menunjukkan otoritas kekaisaran. Kaisar menggunakannya untuk penampilan publik, parade militer, dan perayaan.

  3. Fitur Arsitektur

    • tulang belakang: Penghalang utama yang membentang di tengah lintasan, sering kali dihiasi dengan monumen dan patung.

    • Penjara:Gerbang awal untuk kereta perang.

    • gua: Area tempat duduk untuk penonton, sering kali bertingkat untuk menampung ribuan orang. 

  4. Penggunaan Modern
    Dalam konteks modern, istilah “hippodrome” dapat merujuk ke tempat untuk pacuan kuda atau bahkan pertunjukan teater, yang terinspirasi dari multifungsi historisnya.

Hipodrom Konstantinopel, sekarang terletak di Lapangan Sultanahmet di Istanbul, awalnya dibangun oleh Kaisar Septimius Severus pada tahun 203 M. Kemudian diperluas dan diubah oleh Kaisar Konstantin Agung sekitar tahun 324 M, ketika ia menjadikan Byzantium sebagai ibu kota baru Kekaisaran Romawi dan menamainya KonstantinopelHippodrome menjadi jantung kehidupan publik kota, yang mampu bertahan terhadap 100,000 penonton. Tempat ini bukan hanya tempat olahraga, tetapi juga tempat pertemuan politik, perayaan, dan upacara publik. Sepanjang sejarah Bizantium, tempat ini menjadi panggung bagi kemegahan kekaisaran dan kerusuhan publik.

Obelisk dan Hippodrome Mesir

Pembangunan Hippodrome

Hipodrom Konstantinopel adalah salah satu monumen terbesar Kekaisaran Bizantium. Dibangun untuk menampung Balapan kereta perang, sebuah bentuk hiburan yang populer, tetapi juga menjadi tempat untuk pertemuan politik, upacara kekaisaran, dan protes publikBerikut adalah kisah tentang bagaimana ia dibangun dan dikembangkan dari waktu ke waktu.

Konstruksi Awal oleh Septimius Severus

Versi pertama Hippodrome dibangun pada tahun 203 AD by Kaisar Septimius SeverusPada saat itu, Konstantinopel dikenal sebagai Byzantium, sebuah kota kecil dan relatif tidak penting di Kekaisaran Romawi. Severus ingin meningkatkan kota dan membuatnya lebih mengesankan, jadi dia memutuskan untuk membangun arena pacuan kuda untuk balap kereta perang, yang merupakan salah satu olahraga paling populer di dunia Romawi.

Hippodrome awal ini tidak sebesar yang kita kenal sekarang. Hippodrome ini memiliki struktur dasar untuk balapan dan beberapa tempat duduk untuk penonton. Namun, Hippodrome ini menjadi fondasi bagi apa yang kelak akan menjadi arena yang megah.


Ekspansi oleh Konstantinus Agung

Transformasi nyata Hippodrome terjadi di bawah Kaisar Konstantin Agung in 324 ADSetelah dia memutuskan menjadikan Byzantium sebagai ibu kota baru Kekaisaran Romawi, dia mengganti namanya menjadi Konstantinopel dan mulai membangun bangunan megah untuk menyesuaikan status barunya.

Konstantinus memperluas Hippodrome hingga menjadi salah satu yang terbesar dan paling mengesankan di kekaisaran. Hippodrome baru ini dapat menampung hingga 100,000 penonton, menjadikannya bagian utama dari kehidupan publik kota. Tempat ini dirancang dengan bentuk oval panjang, mirip dengan lintasan balap Romawi lainnya. Lintasannya dikelilingi oleh tempat duduk berjenjang, di mana orang-orang dari semua kelas sosial dapat menonton balapan.

Di tengah lintasan ada tulang belakang, penghalang panjang yang dihiasi dengan patung, kolom, dan monumenSalah satu monumen tersebut adalah Kolom Ular, dibawa dari Delphi di Yunani.


Simbol Kekuatan Kekaisaran

Hippodrome bukan hanya tempat olahraga; itu adalah tempat di mana kaisar dapat menunjukkan kekuasaannya. Dia akan menghadiri perlombaan, duduk di kotak khusus yang disebut Kathisma, yang terhubung langsung dengan istana kekaisaran. Dari sana, ia dapat menyaksikan pertandingan dan dilihat oleh orang-orang.

Hippodrome juga menjadi tuan rumah upacara kekaisaran, seperti parade militer dan perayaan kemenangan. Tempat ini menjadi panggung untuk pengumuman publik yang penting dan bahkan konfrontasi politik.


Warisan

Pembangunan dan perluasan Hippodrome menjadikannya simbol kebesaran Konstantinopel. Selama berabad-abad, Hippodrome menjadi jantung kehidupan publik kota. Meskipun sebagian besar Hippodrome telah hilang saat ini, warisannya tetap hidup di Alun-alun Sultanahmet, tempat beberapa monumennya masih berdiri. Kisah pembangunannya menunjukkan bagaimana para kaisar menggunakan arsitektur untuk membentuk kota dan kekuasaan mereka sendiri.


Pemberontakan Nika (532)

Pemberontakan Nika adalah salah satu pemberontakan paling kejam dan merusak dalam sejarah Kekaisaran Bizantium. Pemberontakan ini terjadi di 532 AD, pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus I, dan hampir membuatnya kehilangan tahtanya. Berikut kisah lengkap tentang apa yang terjadi.

Awal Pemberontakan

Pemberontakan ini dimulai saat perlombaan kereta perang di Hipodrom KonstantinopelSaat itu, masyarakat di kota terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu faksi: Yang Blues dan Sayuran hijauKelompok-kelompok ini awalnya berdasar pada dukungan terhadap tim kereta perang, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka juga menjadi kelompok politik.

Pada bulan Januari 532, diadakan perlombaan kereta perang, tetapi ketegangan meningkat karena eksekusi baru-baru ini. Beberapa hari sebelumnya, dua orang—satu dari kubu Biru dan satu dari kubu Hijau—telah dijatuhi hukuman mati karena pembunuhan. Kerumunan di Hippodrome menuntut Justinian untuk mengampuni orang-orang itu, tetapi ia menolak. Kedua kubu, yang biasanya bersaing, bersatu dalam kemarahan terhadap kaisar. Mereka mulai berteriak-teriak "Nika!", Yang berarti "Kemenangan!", menyerukan pemberontakan.

Kerusuhan Nika di Hippodrome

Pemberontakan Berkembang

Protes tersebut dengan cepat menyebar ke luar Hippodrome. Massa yang marah mulai menjarah dan membakar gedung-gedung di seluruh KonstantinopelMereka membakar bangunan-bangunan penting, termasuk Hagia Sophia dan bagian dari istana kekaisaran. Pemberontakan berlangsung selama Lima hari, dan kota itu menjadi kacau. Para pemberontak bahkan mengumumkan kaisar baru, Hipatius, yang merupakan kerabat mantan kaisar.

Justinian dan para penasihatnya mempertimbangkan untuk meninggalkan kota itu. Namun, istrinya, Permaisuri Theodora, mendesaknya untuk tetap tinggal dan berjuang. Dia berkata dengan terkenal, “Ungu adalah kain kafan yang bagus,” artinya dia lebih baik mati sebagai permaisuri daripada melarikan diri.

Bagaimana Pemberontakan Itu Ditumpas

Dengan dorongan Theodora, Justinian memutuskan untuk mengambil tindakan. Dia memanggil para jenderalnya, belisarius dan Mundus, untuk mengakhiri pemberontakan. Justinian memerintahkan para pemberontak untuk berkumpul di Hippodrome, berpura-pura akan berunding. Begitu mereka berada di dalam, para jenderal dan prajurit mereka mengepung kerumunan.

Para tentara menyerang dan membunuh para pemberontak yang terjebak di Hippodrome. Para sejarawan percaya bahwa 30,000 Banyak orang terbunuh pada hari itu. Pemberontakan berhasil ditumpas, dan kekuasaan Justinian kembali aman.


Perlombaan dan Fraksi Kereta Perang (Partai Biru dan Hijau)

Di Kekaisaran Bizantium, Balapan kereta perang bukan hanya merupakan acara olahraga yang menarik tetapi juga penting bagi politikDua tim utama, Blues dan Sayuran hijau, lebih dari sekadar faksi ras. Mereka mewakili berbagai bagian masyarakat dan sering memainkan peran dalam perjuangan politik kekaisaran.

Peran Politik Partai Biru dan Hijau

Kelompok Biru umumnya didukung oleh kaum aristokrat dan kelas atas yang kaya. Mereka lebih berpihak pada pemerintah dan Gereja Ortodoks. Di sisi lain, kelompok Hijau populer di kalangan kelas bawah, termasuk pedagang dan pengrajin, dan terkadang mendukung gagasan yang lebih radikal.

Kedua faksi tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap rakyat. Mereka dapat mengumpulkan massa dalam jumlah besar dan menekan kaisar. Selama perlombaan kereta perang, Hippodrome dipenuhi dengan nyanyian dan sorak-sorai, tetapi juga menjadi tempat di mana pesan-pesan politik dibagikan. Jika rakyat tidak puas dengan pemerintah, mereka sering menggunakan Hippodrome untuk melakukan protes.

Konflik Antara Kaum Biru dan Kaum Hijau

Persaingan antara kubu Biru dan Hijau sering kali berujung pada kekerasanBerikut ini adalah beberapa contoh konfliknya:

  1. Perkelahian Jalanan Lokal: Kedua faksi tersebut sering bentrok di jalan, memperebutkan kendali atas lingkungan sekitar. Perkelahian ini terkadang berujung pada kematian, dengan pendukung dari kedua belah pihak saling serang.

  2. Protes Politik:Faksi-faksi juga menggunakan pengaruh mereka untuk memprotes kebijakan kekaisaran. Jika salah satu faksi merasa kaisar lebih memihak faksi lain, mereka akan menuntut perubahan, terkadang melalui kerusuhan.

  3. Pemberontakan Nika (532):Konflik paling terkenal yang melibatkan Partai Biru dan Partai Hijau terjadi pada masa Pemberontakan NikaAwalnya, kedua faksi bersatu melawan Kaisar Justinian karena hukuman berat yang diberikan kepada anggotanya. Namun, setelah pemberontakan ditumpas, Justinian berusaha mendapatkan kembali dukungan dari kaum Blues, yang membantunya tetap berkuasa.

 

Balapan Kereta Perang

Mengapa Mereka Penting?

The Blues and Greens lebih dari sekedar penggemar olahraga. Mereka seperti partai politik yang dapat memengaruhi keputusan kaisar. Mereka mewakili suara rakyat, terutama di masa krisis. Namun, persaingan sengit mereka juga menunjukkan betapa berbahayanya faksionalisme. Konflik antara kubu Biru dan Hijau terkadang melemahkan kekaisaran, yang menyebabkan ketidakstabilan.

Sebagai kesimpulan, kubu Biru dan Hijau berperan penting dalam hiburan dan kehidupan politik Bizantium. Kehadiran mereka di Hippodrome mencerminkan struktur sosial dan politik kekaisaran yang kompleks, di mana bahkan olahraga dapat membentuk sejarah.

Upacara Kekaisaran

Hippodrome bukan hanya tempat untuk berolahraga, tetapi juga merupakan situs penting upacara kekaisaranKaisar menggunakan Hippodrome untuk menunjukkan kekuasaan mereka dan berhubungan dengan rakyat. Mereka mengadakan prosesi besar, parade militer, dan perayaan publik di sana. Salah satu upacara yang paling terkenal adalah Kemenangan, tempat kaisar berparade di seluruh kota setelah meraih kemenangan militer. Hippodrome juga merupakan tempat kaisar dapat tampil di hadapan publik untuk menerima aklamasi atau menyampaikan keprihatinan mereka. Upacara-upacara ini memperkuat otoritas kaisar dan merayakan persatuan kekaisaran.

monumen

Hippodrome dihiasi dengan banyak bangunan yang mengesankan monumenBeberapa yang paling terkenal adalah Kolom Ular, yang Tugu Theodosius, Dan Kolom Constantine PorphyrogenitusMonumen-monumen ini merayakan kemenangan kekaisaran dan hubungan kota dengan masa lalunya yang kuno. tulang belakang, pembatas utama lintasan balap, dihiasi dengan patung dan obelisk, yang memamerkan kekayaan dan kekuasaan kekaisaran. Setiap monumen memiliki kisahnya sendiri, yang sering dikaitkan dengan peristiwa sejarah penting atau pencapaian kekaisaran.

Monumen yang Masih Berdiri Hingga Saat Ini

Meskipun sebagian besar Hippodrome telah hilang, beberapa monumen penting masih dapat dilihat hingga kini. Monumen-monumen ini mengingatkan kita akan sejarahnya yang panjang dan kaya.

  • Tugu Theodosius
    Obelisk Theodosius atau Obelisk Mesir adalah salah satu monumen paling terkenal di Sultanahmet Square. Monumen ini dibuat pada tahun Mesir sekitar 1500 BC untuk Firaun Thutmose III. di 390 AD, Kaisar Theodosius I membawanya ke Konstantinopel. Obelisk tersebut terbuat dari granit merah muda dan berukuran sekitar 25 meter tinggi, termasuk alasnya. Alasnya memiliki ukiran yang memperlihatkan Theodosius dan keluarganya sedang menonton balap kereta perang. Gambar-gambar ini juga memperlihatkan para pekerja mengangkat obelisk, yang membantu kita memahami bagaimana mereka memindahkan objek sebesar itu.

  • Kolom Ular
    Kolom Ular adalah monumen perunggu yang dibuat di Yunani in 479 BCItu diciptakan untuk merayakan kemenangan Yunani atas Orang Persia di Pertempuran Plataea. di 324 AD, Kaisar Konstantinus membawanya ke Hippodrome. Tiang tersebut memiliki tiga ular yang dipilin menjadi satu, tetapi kepala ular tersebut kini telah hilang. Awalnya, tiang tersebut memiliki mangkuk emas di atasnya, yang juga telah hilang. Tiang Ular merupakan salah satu karya tertua di Istanbul dan menunjukkan hubungan kota tersebut dengan Yunani kuno.

  • Obelisk Bertembok
    Obelisk Bertembok, juga dikenal sebagai Kolom Constantine Porphyrogenitus, terletak di ujung selatan Alun-alun Sultanahmet. Tidak seperti Tugu Theodosiusmonumen ini dibangun pada tahun Konstantinopel itu sendiri. Itu dibangun di 10th abad pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus VII PorphyrogenitusObelisk ini terbuat dari balok-balok batu dan pada awalnya dilapisi lempengan perunggu, yang menggambarkan adegan-adegan kemenangan dan peristiwa-peristiwa penting kaisar.
    Sayangnya, lempengan perunggu tersebut terlepas dan meleleh selama Perang Salib Keempat pada tahun 1204Yang tersisa saat ini adalah struktur inti, yang berada di sekitar 32 meter tinggi. Meskipun kondisinya rusak, Obelisk Bertembok masih memberi pengunjung kesan kemegahan yang pernah menjadi ciri Hippodrome.

Monumen yang Tidak Ada Lagi Saat Ini

Banyak monumen asli Hippodrome yang sudah tidak berdiri lagi. Monumen-monumen tersebut hilang seiring waktu akibat perang, penjarahan, dan kerusakan alam. Berikut ini adalah beberapa monumen yang paling terkenal.

  • Patung Kaisar dan Dewa
    Hippodrome dihiasi dengan banyak patung Kaisar Romawi, dewa Yunani, dan pahlawanPatung-patung ini terbuat dari perunggu, marmer, dan bahan berharga lainnya. Patung-patung ini dihancurkan atau dilebur selama periode yang berbeda, terutama selama Perang Salib Keempat dan era UsmaniSaat ini, hanya fragmen patung-patung ini yang bertahan, tersebar di berbagai museum di Turki dan Eropa.

  • Dekorasi Spina
    tulang belakang, pembatas utama arena pacuan kuda, dulunya ditutupi dengan patung-patung, air mancur, dan obelisk yang indah. Dekorasi ini meliputi gambar pertempuran terkenal, cerita mitologi, dan simbol kekuatan kekaisaran. Selama berabad-abad, sebagian besar dari gambar-gambar ini telah disingkirkan atau dihancurkan, dan Spina sendiri tidak ada lagi.

  • Kathisma (Loge Kaisar)
    Kathisma adalah kotak khusus tempat kaisar dan keluarganya duduk untuk menyaksikan perlombaan dan upacara. Kotak itu dihiasi dengan emas dan mosaik. Struktur ini juga terhubung langsung ke istana kekaisaran. Saat ini, tidak ada jejak Kathisma yang tersisa, tetapi dulunya merupakan bagian penting dari desain Hippodrome.

Hippodrome Selama Periode Ottoman

Hipodrom Konstantinopel, yang dulunya merupakan arena besar untuk balap kereta perang dan upacara kekaisaran, mengambil peran yang berbeda setelah Kekaisaran Ottoman menaklukkan kota di 1453Meskipun Ottoman tidak meneruskan tradisi balap kereta perang Bizantium, Hippodrome tetap menjadi ruang publik yang penting di Istanbul, yang mencerminkan kekayaan sejarah kota tersebut.

Transformasi Setelah Penaklukan

Ketika Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, ia menyadari pentingnya Hippodrome secara historis dan budaya. Namun, pada abad ke-15, sebagian besar bangunan aslinya sudah hancur karena kelalaian dan kerusakan akibat perang sebelumnya, termasuk Perang Salib Keempat in 1204.

Bangsa Ottoman tidak membangun kembali Hippodrome untuk perlombaan atau hiburan umum, karena hal tersebut bukan bagian dari budaya mereka. Sebaliknya, situs tersebut digunakan sebagai alun-alun, tempat diadakannya acara dan pertemuan penting. Daerah di sekitar Hippodrome menjadi rumah bagi beberapa bangunan Ottoman yang paling terkenal, seperti Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed), dibangun pada awal abad ke-17.

Upacara dan Perayaan

Bangsa Ottoman menggunakan Hippodrome, yang sekarang dikenal sebagai Di Meydanı (Horse Square), untuk berbagai acara publik:

  1. Festival dan Parade:Alun-alun tersebut menjadi tempat perayaan besar, termasuk perayaan sunat untuk para putra sultan. Acara-acara ini diisi dengan musik, makanan, dan hiburan umum.

  2. Parade Militer:Tentara Ottoman yang menang terkadang berbaris melalui alun-alun setelah kembali dari kampanye yang berhasil.

  3. Hukuman Publik:Kesultanan Utsmani juga menggunakan tempat ini untuk eksekusi dan hukuman publik, menjadikannya tempat di mana keadilan dapat dilihat oleh semua orang.

Monumen di Era Ottoman

Meskipun Ottoman tidak membangun bangunan baru di Hippodrome, mereka melestarikan beberapa monumen kuno:

  • Tugu Theodosius, Kolom Ular, dan Obelisk Bertembok tetap berdiri dan menjadi bagian identitas alun-alun.

  • In 1898, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang Air Mancur Jerman telah ditambahkan. Itu adalah hadiah dari Kaiser Wilhelm II Jerman dan melambangkan persahabatan antara Kekaisaran Ottoman dan Jerman.

Penurunan dan Pelestarian

Selama berabad-abad, Hippodrome terus berfungsi sebagai ruang publik, tetapi kondisinya berangsur-angsur menurun. Pada akhir periode Ottoman, sebagian besar sejarahnya terlupakan, dan beberapa bagian alun-alun digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti pasar. Namun, minat untuk melestarikan situs tersebut tumbuh pada abad ke-19 ketika para sejarawan dan arkeolog mulai menyadari pentingnya situs tersebut.

Mengunjungi Hippodrome Hari Ini

Hipodrom Konstantinopel dulunya merupakan arena megah yang dipenuhi sorak sorai ribuan orang yang menyaksikan perlombaan kereta perang dan upacara kekaisaran. Kini, tempat ini dikenal sebagai Alun-alun Sultanahmet, ruang publik di jantung Istanbul, di mana pengunjung masih dapat merasakan gema masa lalunya yang gemilang. Mari kita telusuri apa yang tersisa dan apa yang dapat Anda lihat saat mengunjungi situs tersebut.

Saat Anda melangkah ke Alun-alun Sultanahmet, Anda akan berjalan di tanah yang sama tempat para kaisar, atlet, dan penonton berkumpul berabad-abad lalu. Meskipun bangunan besar Hippodrome sudah tidak berdiri lagi, beberapa monumen penting masih ada.

Apa yang Dapat Anda Lihat

  1. Tugu Theodosius

  2. Kolom Ular

  3. Obelisk Bertembok

  4. Air Mancur Jerman

Membayangkan Masa Lalu

Saat Anda berdiri di Alun-alun Sultanahmet, mudah untuk membayangkan seperti apa Hippodrome pada masa kejayaannya. Arena itu akan dipenuhi dengan kegembiraan saat kereta perang berpacu di sekitar tulang belakang, penghalang utama. Ribuan penonton bersorak mendukung tim favorit mereka, Blues dan Sayuran hijau, sementara sang kaisar menyaksikan dari kotak spesialnya, Kathisma.

Alun-alun ini juga merupakan tempat berlangsungnya berbagai acara penting. Para kaisar mengadakan parade dan perayaan di sini, dan terkadang menjadi tempat terjadinya protes dan pemberontakan, seperti Pemberontakan Nika in 532 AD.

Mengapa Mengunjungi Hippodrome?

Mengunjungi Hippodrome bukan hanya tentang melihat monumen-monumen kuno. Ini adalah kesempatan untuk berdiri di tempat di mana sejarah tercipta. Anda dapat mempelajari tentang masa lalu Bizantium kota ini dan bagaimana hal itu membentuk Istanbul modern. Hippodrome menghubungkan Anda dengan kehidupan orang-orang yang tinggal di sini berabad-abad lalu, dari kaisar hingga warga biasa.

Saat ini, Alun-alun Sultanahmet adalah kawasan yang damai di mana Anda dapat berjalan-jalan, mengambil foto monumen, dan merenungkan sejarah yang kaya KonstantinopelTempat ini wajib dikunjungi bagi siapa pun yang tertarik dengan kisah menarik kota kuno ini.

Cara Pergi ke Hippodrome (Lapangan Sultanahmet) – Panduan Langkah demi Langkah

perlombaan, sekarang dipanggil Alun-alun Sultanahmet, adalah salah satu landmark paling terkenal di Istanbul. Terletak di jantung kota Kota Tua, dekat dengan tempat wisata utama lainnya seperti Hagia Sophia, Masjid Biru, dan Istana TopkapiBerikut panduan terperinci tentang cara menuju ke sana, bahkan jika Anda belum pernah mengunjungi Istanbul sebelumnya.

1. Dengan Trem (Pilihan Terbaik bagi Turis)

Cara paling nyaman dan ramah turis untuk mencapai Alun-alun Sultanahmet adalah dengan menggunakan Jalur trem T1.

Tangga:

  1. Temukan yang terdekat Stasiun trem T1Stasiun populer meliputi:

    • Kabataş (jika Anda datang dari daerah Bosphorus atau Taksim melalui kereta kabel).

    • Eminonu (dekat Jembatan Galata dan Pasar Rempah).

    • Sirkeci (dekat stasiun kereta api dan terminal feri).

  2. Naik trem menuju Bagcilar (periksa arahnya).

  3. Turun di Stasiun Trem SultanahmetHalte ini ditandai dan diumumkan dengan jelas di trem.

  4. Setelah turun dari trem, ikuti tanda yang menunjuk ke Hagia Sophia or Alun-alun SultanahmetItu hanya sebuah 2-menit berjalan kaki dari stasiun.

2. Dengan Metro dan Trem (Dari Bandara Istanbul)

Jika Anda tiba di Bandara Istanbul, Anda dapat menggabungkan metro dan trem untuk rute yang efisien.

Tangga:

  1. Ambil Jalur metro M11 dari Bandara Istanbul ke Stasiun Kağıthane.

  2. Transfer ke Jalur metro M7 dan bepergian ke Stasiun Kabataş.

  3. Dari Kabataş, beralih ke Jalur trem T1 menuju Bagcilar.

  4. Turun di Stasiun Trem Sultanahmet dan berjalan ke alun-alun.

3. Dengan Havaist Shuttle (Dari Bandara Istanbul)

Pilihan nyaman lainnya dari Bandara Istanbul adalah Pesawat ulang alik Havaist layanan.

Tangga:

  1. Carilah Pesawat ulang alik Havaist berlabel biruBus-bus ini modern, nyaman, dan dirancang untuk wisatawan.

  2. Shuttle akan membawa Anda langsung ke Sultanahmet Square. Perjalanan memakan waktu sekitar 60-90 menit, tergantung lalu lintas.

  3. Setelah Anda tiba, ikuti petunjuk menuju alun-alun utama.

 

 

4. Dari Bandara Sabiha Gökçen

Jika Anda tiba di Bandara Sabiha Gökçen (di sisi Asia Istanbul), ikuti langkah-langkah berikut:

Opsi 1: Antar-jemput + Metro + Trem

  1. Ambil Antar-jemput Havabus untuk Kadikoy.

  2. Dari Kadıköy, ambil Jalur metro M4 untuk Stasiun Ayrılık Çeşmesi.

  3. Transfer ke Marmaray kereta menuju Stasiun Sirkeci.

  4. Di Sirkeci, beralih ke Jalur trem T1 dan turun di Stasiun Trem Sultanahmet.

Opsi 2: Antar-Jemput Langsung
Beberapa angkutan pribadi beroperasi langsung dari Sabiha Gökçen ke Sultanahmet. Harganya lebih mahal, tetapi lebih cepat dan mudah.

5. Dengan Taksi

Mengambil sebuah taksi adalah pilihan langsung tetapi lebih mahal.

Tangga:

  1. Dari mana saja di Istanbul, mintalah pengemudi untuk membawa Anda ke Alun-alun SultanahmetPastikan untuk menentukan Alun-alun Sultanahmet untuk menghindari kebingungan.

  2. Pastikan meteran taksi menyala. Naik taksi dari Bandara Istanbul biaya sekitar 600-800 MENCOBA, tergantung lalu lintas.

  3. Pengemudi akan menurunkan Anda di dekat alun-alun, biasanya dekat dengan Masjid Biru or Hagia Sophia.

6. Dengan Berjalan Kaki (Untuk Lokasi Terdekat)

Jika Anda menginap di atau dekat Daerah Sultanahmet, Anda dapat dengan mudah berjalan kaki ke Hippodrome.

Tangga:

  1. Ikuti rambu atau gunakan aplikasi peta untuk menavigasi ke Alun-alun Sultanahmet.

  2. Carilah landmark seperti Masjid Biru or Hagia SophiaHippodrome terletak tepat di antara dua bangunan terkenal ini.

Landmark untuk Membantu Anda Bernavigasi

Setelah Anda tiba di Alun-alun Sultanahmet, menemukan Hippodrome mudah dilakukan karena terdapat beberapa tempat penting di dekatnya:

  • Hagia Sophia:Di sebelah utara alun-alun.

  • Masjid Biru: Di sebelah barat, tepat di seberang Hagia Sophia.

  • Air Mancur Jerman: Sebuah paviliun kecil di dekat ujung selatan Hippodrome.

Jika Anda melihat landmark ini, Anda sudah berada di Hippodrome!